Selasa, 01 Februari 2011

WWF Gelar Seminar Multi Pihak untuk Penyelamatan Orangutan di Kalbar

  
  
                 Orangutan                                                        © WWF-Indonesia

Pontianak - Seminar bertajuk "Menuju Sinergi Para Pihak dalam Penyelamatan Orangutan" diadakan di Pontianak, Kalimantan Barat. Seminar ini bertujuan untuk mensosialisasikan hasil survey orangutan yang telah diadakan sebelumnya serta untuk mencapai komitmen pihak-pihak terkait dalam upaya konservasi satwa endemik ini.
Menurut Koordinator Konservasi Spesies WWF-Indonesia, Chairul Saleh, terdapat dua subspesies orangutan di Kalimantan Barat yaitu Pongo pygmaeus wurmbii dan Pongo pygmaeus pygmaeus. "Dari kedua subspesies tersebut, P. pygmaeus pygmaeus kondisinya lebih mengkhawatirkan dimana diperkirakan hanya tersisa 1330-2000 individu di Taman Nasional Betung Kerihun dan 500 - 1090 individu di Taman Nasional Danau Sentarum," ujarnya.
Menurut hasil studi, lebih dari 70% orangutan Kalimantan hidup di luar kawasan lindung. Populasi terbesar terkonsentrasi di hutan dataran rendah yang banyak diarahkan fungsinya untuk areal budidaya atau hutan produksi. Ancaman lain bagi kelestarian orangutan diantaranya: illegal logging, perburuan, kebakaran hutan, fragmentasi habitat, perambahan hutan, dekadensi gambut, penambangan yang tidak dilaksanakan secara lestari, serta perubahan iklim yang menyebabkan hilangnya sumber pakan dan habitat orangutan karena kekeringan.
Menurut Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Departemen Kehutanan, Dr. Ir. Harry Santoso, habitat populasi orangutan tersebut juga memiliki sejumlah fungsi ekologis penting, antara lain pencegahan erosi, pengatur tata guna air, penyangga kehidupan sosial ekonomi masyarakat, serta sumber plasma nutfah penting. "Kita harus mencegah ancaman kerusakan lingkungan yang lebih besar. Salah satu alternatif untuk mengatasi ancaman tersebut adalah dengan membuat koridor satwa yang menghubungkan dua populasi orangutan yang terdapat di blok hutan TN Betung Kerihun dan TN Danau Sentarum." .
"Di samping terjaganya sejumlah fungsi ekologis, dengan adanya koridor tersebut diharapkan adanya pergerakan individu yang lebih luas sehingga terjadi pertukaran genetik yang lebih beragam di dalam populasi orangutan," ujarnya.
Untuk mendukung alternatif tersebut serta memperoleh gambaran yang tepat mengenai kondisi orangutan di Kalimantan Barat, WWF-Indonesia bekerjasama dengan Balai Besar TN Betung Kerihun melakukan survey sebaran habitat dan populasi orangutan di sekitar taman nasional pada tahun 2004-2006. Di kawasan TN Danau Sentarum, WWF-Indonesia bekerjasama dengan pihak taman nasional dan masyarakat dari empat desa di sepanjang Sungai Labian/Leboyan pada bulan Maret 2009. Sementara, survey wilayah hutan baik hutan lindung, konsesi perkebunan sawit, dan hutan yang diusulkan sebagai koridor satwa dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2009.
"Data yang diperoleh dari hasil survey tersebut menunjukkan populasi orangutan yang terdapat di wilayah koridor satwa diperkirakan berjumlah 581 individu," ujar Albertus Tjiu, Koordinator Konservasi Spesies WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat.
Seminar yang dilangsungkan tersebut diharapkan dapat membantu mensosialisasikan konsep koridor antara TN Betung Kerihun dan TN Danau Sentarum, menciptakan kesepahaman mengenai pentingnya konservasi orangutan--baik di dalam maupun di luar kawasan lindung, menciptakan pola penataan ruang yang sesuai dengan nilai-nilai konservasi, serta membantu mendiseminasikan best management practice dalam mengatasi konflik manusia - orangutan di areal perkebunan kelapa sawit.
Dalam rangkaian acara seminar konservasi orangutan tersebut, dilaksanakan pula pameran foto dan pemutaran film bertema "Keanekaragaman Hayati dan Budaya Kalimantan Barat" pada tanggal 19 - 21 Desember 2009 di Hotel Grand Mahkota, Pontianak. Kegiatan ini diyakini sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi dan meningkatkan kepedulian masyarakat akan konservasi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi nilainya di Indonesia, khususnya Kalimantan Barat.